Kamis, 06 Desember 2007

UJIAN NASIONAL SMA TAHUN 2008

Berdasatrkan Permendiknas Nomor 34 Tahun 2007,Tentang Ujian Nasional (UN) khususnya SMA Tahun Pelajaran 2007-2008 menjadi 6 (enam) mata pelajaran. Mata pelajaran yang diujikan pada UN adalah:
Program IPA
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematka
Fisika
Kimia
Biologi
Program IPS
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematka
Ekonomi
Sosiologi
Geografi
Program Bahasa
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematka
Bahasa Asing yang diambil
Budaya (Antropologi)
Sastra Indonesia
Disamping itu, sesuai Pasal 15, peserta dinyatakan LULUS jika memenuhi standar kelulusan sebagai berikut:

Memiliki nilai rata-rata minimal 5,25 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan tidak ada nilai dibawah 4,25, atau
Memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dan nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) UN Tahun 2008 merupakan irisan (interseksi) dari pokok bahasan Kurikulum 2008, dan standar Isi. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang pelaksanaannya bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Satuan Pendidikan.
Pengawasan di ruang ujian dilakukan oleh tim pengawas UN dengan system silang murni antara sekolah dengan madrasah. Kekurangan pengawa di sekolah penyelenggara yang disebabkan oleh jumlah guru madrasah yang tidak mencukupi, maka pengawasan dilakukan dengan silang murni antarsekolah.

Jadwal UN Tahun Pelajaran 2007/2008

NO
Tanggal/Hari
Jam/
Waktu
Mata Pelajaran untuk Program
Ket.
UN Susulam
IPA
IPS
BHS
1
Selasa 22 April 2008
08.00-10.00
Bhs Ind
Bhs Ind
Bhs Ind
Senin 28 April 2008
10.30-12.30
Matematika
Matematika
Matematika
2
Rabu 23 April 2008
08.00-10.00
Bhs Inggris
Bhs Inggris
Bhs Inggris
Selasa 29 April 2008
10.30-12.30
Kimia
Geografi
Sastra Ind
3
Kamis 24 April 2008
08.00-10.00
Fisika
Ekonomi
Bhs Asing
Rabu 30 April 2008
10.30-12.30
Biologi
Sosiologi
Antropologi

Minggu, 23 September 2007

Shalat Bisa Dimana Saja...






Semua tempat di Bumi adalah milik Allah SWT

Kamis, 20 September 2007

Perang Pemikiran

Fenomena Ghazwul Fikri
Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru berkata, 'Saya punya permainan... Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah 'Kapur!',jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah 'Penghapus!' Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, 'Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah 'Penghapus!', jika saya angkat penghapus, maka katakanlah 'Kapur!'. Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tentu saja murid-murid kerepotan dan kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka bisa beradaptasi dan tidak lagi sulit.
Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. 'Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh-musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sulit bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik nilai.'
'Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, selingkuh dan zinah tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu hiburan, materialistis dan permisive kini menjadi suatu gaya hidup pilihan, tawuran menjadi trend pemuda... dan lain lain.'
'Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?' tanya Ibu Guru kepada murid-muridnya. 'Paham buu...'
'Baik permainan kedua...' begitu Bu Guru melanjutkan. 'Bu Guru punya Qur'an, Ibu letakkan di tengah karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa menginjak karpet?' Nah, nah, nah. Murid-muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.
Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya, dan ia ambil Qur'annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.
'Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya... Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan... Karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah. Preman pun tak akan rela kalau Islam dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar.'
'Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan...'
'Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dari perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian, dan lain-lain, sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang merekainginkan.'
'Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri [perang pemikiran]. Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kalian... Paham anak-anak?' 'Paham buu!'
'Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu?' tanya mereka. 'Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.' 'Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar.'
Kalau saja ummat Islam di Ambon tidak diserang, mungkin umat Islam akan lengah terhadap sesuatu yang sebenarnya selalu mengincar mereka. Paham anak-anak?' 'Paham Buu..' 'Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang...'
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
Wassalam Wr.Wb.source [

Minggu, 16 September 2007

RENUNGAN



Sembilan Renungan Kehidupan
Kita bangun tidur di waktu subuh dan kemudian membasah wajah dengan air wudlu yang segar. Sesudah melaksanakan sholat dan berdoa. Cobalah menghadap cermin di dinding. Di sana kita mulai meneliti diri :
1.Lihatlah
kepala kita! Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap

kepasrahan seorang hamba fana tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia

tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang

manusia di dalam pikirannya?
2. Lihatlah mata kita!

Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan

Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan

kemaksiatan yang dilarang?
3. Lihatlah telinga Kita!

Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan,

bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan buat mendengarkan suara-suara yang

sia-sia tiada bermakna?
4. Lihatlah hidung Kita!

Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di

tempat sholat, mencium istri, suami dan anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-

anak papa yang kehilangan cinta bunda dan ayahnya?
5. Lihatlah mulut kita!

Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat

bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak

berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah,

memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?
6. Lihatlah tangan Kita!

Apakah sudah kita gunakan buat bersedekah, membantu sesama yang kena musibah,

mencipta karya-karya yang berguna atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi

orang lain serta merampas hak-hak serta harta-harta orang yang tak berdaya?
7. Lihatlah kaki Kita!

Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu

bermutu, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang

Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?
8. Lihatlah dada Kita!

Apakah di dalamnya tersimpan perasaan yang lapang,sabar, tawakal dan keikhlasan serta

perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam

ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki

serta pepohonan berbuah riya?
9. Lihatlah diri kita!

Apakah kita sering tadabur, Tafakur dan selalu bersyukur pada karunia yang kita terima dari

Allah Yang Maha Perkasa?
Rahmadinov

Selasa, 11 September 2007

Targhib

Penyemangat Bagi yang Puasa Ramadhan

Penulis: Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly
.: :. 1. Pengampunan DosaAllah dan Rasul-Nya memberikan targhib (spirit) untuk melakukan puasa Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan serta tingginya kedudukan puasa, dan kalau seandainya orang yang puasa mempunyai dosa seperti buih di lautan niscaya akan diampuni dengan sebab ibadah yang baik dan diberkahi ini.Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, (bahwasanya) beliau bersabda (yang artinya) : “ Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab (mengharap wajah ALLAH) maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" [Hadits Riwayat Bukhari 4/99, Muslim 759, makna "Penuh iman dan Ihtisab' yakni membenarkan wajibnya puasa, mengharap pahalanya, hatinya senang dalam mengamalkan, tidak membencinya, tidak merasa berat dalam mengamalkannya]Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu juga, -Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda (yang artinya) : “ Shalat yang lima waktu, Jum'at ke Jum'at. Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa yang terjadi di antara senggang waktu tersebut jika menjauhi dosa besar" [Hadits Riwayat Muslim 233].Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu juga, (bahwasanya) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah naik mimbar kemudian berkata : Amin, Amin, Amin" Ditanyakan kepadanya : "Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?" Beliau bersabda (yang artinya) : “ Sesungguhnya Jibril 'Alaihis salam datang kepadaku, dia berkata : "Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan "Amin", maka akupun mengucapkan Amin...." [Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah. Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal.25-34 karya Ibnu Syahin].2. Dikabulkannya Do'a dan Pembebasan Api NerakaRasullullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “ Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadhan, dan semua orang muslim yang berdo'a akan dikabulkan do'anya" [Hadits Riwayat Bazzar 3142, Ahmad 2/254 dari jalan A'mas, dari Abu Shalih dari Jabir, diriwayatkan oleh Ibnu Majah 1643 darinya secara ringkas dari jalan yang lain, haditsnya shahih. Do'a yang dikabulkan itu ketika berbuka, sebagaimana akan datang penjelasannya, lihat Misbahuh Azzujajah no. 60 karya Al-Bushri]3. Orang yang Puasa Termasuk Shidiqin dan SyuhadaDari 'Amr bin Murrah Al-Juhani[1] Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Datang seorang pria kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata : "Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah, engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu, aku tunaikan zakat, aku lakukan puasa Ramadhan dan shalat tarawih di malam harinya, termasuk orang yang manakah aku ?" Beliau menjawab (yang artinya) : “ Termasuk dari shidiqin dan syuhada" [Hadits Riwayat Ibnu Hibban (no.11 zawaidnya) sanadnya Shahih]

Senin, 03 September 2007

Rendah, Prestasi Matematika Indonesia


Jumlah Jam Pelajaran dan Prestasi tak Sebanding

BANDUNG, (PR).-Mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika, masihrendah. Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada dideretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepasdari deretan penghuni papan bawah.Hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment(PISA) 2001 menunjukkan, Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41negara pada kategori literatur matematika. Sementara itu, menurutpenelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS)1999, matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara(data UNESCO).

Hal itu terungkap dalam konferensi pers The First Symposium on RealisticTeaching in Mathematics di Majelis Guru Besar (MGB) ITB, Jln. SurapatiNo. 1, Bandung, Senin (16/1). "Peringkat Indonesia berada di bawahMalaysia dan Singapura," ujar Drs. Firman Syah Noor, M.Pd., KetuaAsosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI).Padahal, berdasarkan hasil penelitian TIMMS yang dilakukan olehFrederick K. S. Leung pada 2003, jumlah jam pengajaran matematika diIndonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura.

Dalamsatu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam.Namun, hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah keduanegara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605(400 = rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut)."Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding denganprestasi yang diraih. Itu artinya, ada sesuatu dengan metode pengajaranmatematika di negara ini, seperti yang ditemukan dalam penelitianFrederick dari TIMMS," tutur Firman.Dalam penelitian itu, Frederick yang berasal dari The University ofHongkong menyebutkan, mayoritas soal yang diberikan guru matematika diIndonesia terlalu kaku. Umumnya, siswa di Indonesia lebih banyakmengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol matematikayang diset dalam konteks yang jauh dari realitas kehidupan sehari-hari."Akibatnya, siswa sering kali merasa bosan dan menganggap matematikasebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Mereka pun tidak mampumenerapkan teori di sekolah untuk memecahkan masalah dalam kehidupansehari-hari, " ujar Firman.Oleh karena itu, menurut dia, sudah saatnya guru matematika membukaparadigma baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Dia menilai,lebih baik jika matematika diberikan dengan pendekatan realita."Dengan menggunakan contoh kasus sehari-hari diharapkan bisa memunculkankesadaran siswa akan pentingnya matematika dalam kehidupan. Sehinggakelak bisa mendorong untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajarmatematika," tutur Firman, yang sehari-hari mengajar di SMAN 3 Bandung.

PentingHal serupa diungkapkan Prof. Dr. R.E. Soeriaatmaja, Guru Besar Ekologi ITB dan Prof. Dr. Maman A. Djauhari, Guru Besar ITB sekaligus KetuaMoslem Statisticians and Mathematician Society in South East Asia(MSMSSEA). Mereka menilai, sudah saatnya guru menyadarkan siswa akanpentingnya matematika dalam kehidupan."Matematika itu penting. Tanpa matematika, dunia akan hancur. Matematikabisa digunakan untuk memakmurkan negeri ini dan bisa membantu Indonesiakeluar dari kondisi krisis, termasuk dalam persoalan lingkungan," ujarSoeriaatmaja.Namun, menurut dia, kuncinya, matematika jangan hanya digunakan sebagaialat untuk menghitung. "Matematika harus digunakan sedemikian rupa agarbisa benar-benar bermanfaat untuk kehidupan dan itu harus ditanamkandalam benak siswa sejak awal," katanya.Jangan sampai, lanjutnya, generasi siswa takut matematika terusberulang. "Bagaimanapun juga, di samping penting untuk meningkatkanprestasi matematika di negeri yang terpuruk ini, kecintaan siswaterhadap matematika juga penting untuk mengantarkan negeri ini menujumasa depan yang lebih baik," katanya.Selain itu, lanjut Maman, siswa juga harus diantarkan untuk menilikkeindahan rumus-rumus matematika. Sehingga, ke depannya siswa tidakhanya terdorong untuk menghafal rumus, seperti yang terjadi saat ini."Jika siswa telah memahami the beauty of mathematics, dengan sendirinyasiswa akan mencintai matematika. Bukan tidak mungkin, kebiasaanIndonesia sebagai follower dalam dunia matematika bergeser menjadipembuat. Sehingga, produktivitas scientific Indonesia bisa menyusulNigeria," tutur Maman.Hilangkan sekatNamun, selain pendekatan realita kehidupan, lanjut dia, dalampraktiknya, Indonesia juga harus merevisi konsep pendidikan matematikayang dianutnya."Saat ini, setiap tingkatan pendidikan memiliki sekat-sekat yang sulituntuk ditembus. Antara jenjang pendidikan satu dengan yang lainnyaseakan berjalan di rel yang berlainan, tidak seiring sejalan," ujarnya.Padahal, menurut dia, seharusnya sistem pendidikan di Indonesia sepertilayaknya kereta api. Sekolah haruslah menjadi gerbong, dengan dinaspendidikan sebagai lokomotifnya. Keuntungannya, setiap tingkatanpendidikan memiliki akses yang luas sehingga tidak ada batasan untuksaling menunjang, baik dari segi sarana maupun prasarana pendidikan.(A-150)***